SEJARAH KOTA TANGERANG
Aranol Xenology - Tangerang adalah kota paling besar di Propinsi Banten dan ke-3 paling besar di teritori perkotaan Jabotabek sesudah Jakarta. Sekarang ini Kota Tangerang diperintah oleh H. Arief Rachadiono Wismansyah, BSc.,Mkes untuk walikota Tangerang serta Drs. H. Sachrudin untuk wakil walikota Tangerang.
Kota Tangerang terdiri dari 13 kecamatan, yakni Batuceper, Benda, Cibodas, Ciledug, Cipondoh, Jatiuwung, Karangtengah, Karawaci, Larangan, Neglasari, Periuk, Pinang, Tangerang, yang dipisah lagi atas beberapa 104 kelurahan. Dulu Tangerang adalah sisi dari daerah Kabupaten Tangerang, selanjutnya dinaikkan posisinya jadi kota administratif, serta pada akhirnya diputuskan untuk kotamadya pada tanggal 28 Februari 1993. Panggilan ‘kotamadya' ditukar dengan ‘kota' di tahun 2001.
Dahulu namanya Tanggeran. Menurut adat lisan sebagai pengetahuan warga Tangerang, nama wilayah Tengerang dahulu diketahui dengan panggilan Tanggeran yang datang dari bahasa Sunda yakni tengger serta perang. Kata "tengger" dalam bahasa Sunda mempunyai makna "sinyal" yakni berbentuk tugu yang dibangun untuk sinyal batas daerah kekuasaan Banten serta VOC, seputar tengah era 17.
Oleh karenanya, ada juga yang menyebutkan Tangerang datang dari kata Tanggeran (dengan satu g atau dobel g). Wilayah yang disebut ada dibagian samping barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau persisnya di ujung Jalan Otto Iskandar Dinata saat ini). Tugu dibuat oleh Pangeran Soegiri, salah satunya putra Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tugu itu tercatat prasasti dalam huruf Arab gundul dengan aksen Banten, yang didalamnya seperti berikut :
- Bismillah peget Ingkang Gusti
- Diningsun juput parenah saat Sabtu
- Ping Gasal Sapar Tahun Wau
- Rengsena Perang nelek Nangeran
- Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian
- Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
- Dengan nama Allah masih Maha Kuasa
- Dari kami ambil peluang di hari Sabtu
- Tanggal 5 Sapar Tahun Wau
- Setelah perang kita memancangkan Tugu
- Untuk menjaga batas Timur Cipamugas
- (Cisadane) serta Barat yakni Cidurian
- Semua jaga tanah golongan Parahyang
Sedang arti "perang" menunjuk pemahaman jika wilayah itu diperjalanan riwayat jadi medan perang di antara Kasultanan Banten dengan tentara VOC. Ini semakin ditunjukkan adanya kehadiran benteng pertahanan Kasultanan Banten di samping barat Cisadane serta benteng pertahanan VOC di samping Timur Cisadane. Kehadiran benteng itu jadi fundamen buat panggilan wilayah sekelilingnya (Tangerang) untuk wilayah Benteng. Sampai waktu pemerintahan kolonial, Tangerang bertambah umum disebutkan dengan arti "Benteng".
Menurut narasi yang berubah di warga, seputar tahun 1652, benteng pertahanan Kasultanan Banten dibangun oleh tiga maulana (Yudhanegara, Wangsakara serta Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten. Mereka membangun pusat pemerintahan kemaulanaan sekaligus juga jadi pusat perlawanan pada VOC di wilayah Tigaraksa.
Panggilan Tigaraksa, diambil dari panggilan kehormatan pada tiga maulana untuk tiga pimpinan (tiga tiang/pimpinan). Mereka mendapatkan amanat dari Sultan Agung Tirtoyoso (1651-1680) menantang VOC yang coba Perkembangan Casino Online mengaplikasikan monopoli dagang yang bikin rugi Kesultanan Banten. Tetapi, dalam pertarungan menantang VOC, ke-3 maulana itu beruntun luruh satu-satu.
Perkembangan panggilan Tangeran jadi Tangerang berlangsung pada saat wilayah Tangeran mulai dikendalikan oleh VOC yakni semenjak diberi tanda tangan kesepakatan di antara Sultan Haji serta VOC pada tanggal 17 April 1684. Wilayah Tangerang semuanya masuk kekuasaan Belanda.
Saat itu, tentara Belanda bukan hanya terbagi dalam bangsa asli Belanda (bule) dan juga mengambil masyarakat pribumi salah satunya dari Madura serta Makasar yang salah satunya diletakkan di seputar benteng. Tentara kompeni yang datang dari Makasar tidak mengenali huruf mati, serta terlatih menyebutkan "Tangeran" dengan "Tangerang". Kekeliruan ejaan serta aksen berikut yang diwariskan sampai sekarang.
Panggilan "Tangerang" jadi sah pada saat pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Pemerintah Jepang lakukan perpindahan pusat pemerintahan Jakarta (Jakarta Ken) ke Tangerang yang diperintah oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken seperti terdapat dalam Po No. 34/2604. Berkaitan perpindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang itu, Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang selanjutnya memutuskan tanggal itu untuk hari lahir pemerintahan Tangerang yakni pada tanggal 27 Desember 1943. Setelah itu penentuan ini dikukuhkan dengan Ketentuan Wilayah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.




No comments:
Post a Comment