Riwayat Kerajaan Pajajaran Paling Komplet

 Riwayat Kerajaan Pajajaran Paling Komplet

Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Sunda adalah Kerajaan Hindu yang terdapat di Parahyangan Sunda, Pakuan datang dari kata Pakuwuan yang mendefinisikan satu kota. Di masa-nya, beberapa warga Asia Tenggara terlatih untuk menyebutkan satu kerajaan dengan nama ibukota serta dari beberapa catatan yang diketemukan, Kerajaan Pajajaran dibuat di tahun 923 oleh Sri Jayabhupati sama seperti yang ada pada suatu prasasti Sanghyang Tapak [1030 M] berada di Kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, pinggir Sungai Citatih, Cibadak, Sukabumi. Baca Candi Warisan Agama Hindu serta Riwayat Gunung Lawu.

Dari sisi geografisnya, Kerajaan Pajajaran berada di Parahyangan Sunda serta Pakuan jadi ibukota Sunda telah tertera oleh Tom Peres tahun 1513 M dalam The Suma Oriantal. Di sini tercatat bila ibukota Kerajaan Sunda mempunyai panggilan Dayo atau Dayeuh yang memerlukan waktu 2 hari perjalanan dari Kalapa yang saat ini jadi Jakarta. 

Saat akan didirikannya Kerajaan Pajajaran, ada banyak kerajaan yang telah lebih dulu dibangun yaitu Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kawali. Kerajaan Pajajaran ini tidak dapat dilepaskan dari beberapa Kerajaan itu karena Pajajaran adalah Kerajaan kelanjutan dari beberapa Kerajaan itu.

Dalam riwayat tercatat bila di akhir tahun 1400-an, Majapahit keadaannya makin loyo serta pemberontakan dan persaingan perebutan kekuasaan antara saudara berlangsung berkali-kali. Waktu jatuhnya Prabu Kertabumi [Brawijaya V], beberapa pengungsi dari famili Kerajaan Majapahit pindah ke arah ibukota Kerajaan Galuh yang ada di Kawali, Kuningan, Jawa Barat. Raden Baribin yang disebut saudara dari Prabu Kertabumi juga diterima dengan tangan terbuka oleh Raja Dewa Niskala dan menikah dengan Ratna Ayu Kirana yang disebut salah satunya putri Raja Dewa Niskala.

Raja menikah dengan salah seorang dari keluarga pengungsi kelompok Raden Barinbin itu. Raja Susuktunggal yang dari Kerajaan Sunda geram dengan pernikahan Dewa Niskala itu. Dewa Niskala dipandang telah menyalahi ketentuan Perkembangan Casino Online serta ketentuan itu telah ada semenjak Kejadian Bubat yang berisi bila orang Sunda-Galuh jangan serta dilarang menikah sama orang yang dari turunan Majapahit. Peperangan nyaris berlangsung dari dua raja yang disebut besan itu.

Ke-2 raja ini jadi besan karena Jayadewata yang ialah putra dari Raja Dewa Niskala ialah menantu dari Raja Susuktunggal. Peperangan itu tidak ada karena dewan penasehat sukses menengahi ke-2 raja itu dengan ketetapan akhir bila ke-2 Raja itu harus turun dari tahta mereka serta mereka berdua memberikan tahta mereka pada putra mahkota yang telah diambil. 

Dewa Niskala pilih Jayadewata, anaknya, untuk melanjutkan kekuasaan, sesaat Prabu Susuktunggal pilih orang yang serupa hingga pada akhirnya Jayadewata mempersatukan ke-2 kerajaan itu. Jayadewata lantas dikasih gelar Sri Baduga Maharaja serta mulai memerintah Kerajaan Pajajaran pada tahun 1482. Baca Artikel berkaitan yang lain seperti Riwayat Kerajaan Majapahit, Asal Saran Nusantara, serta Riwayat Kerajaan Kutai Kartanegara Komplet.

Kehidupan Perekonomian Kerajaan Pajajaran

Warga di zaman Kerajaan Pajajaran hidup dengan berkebun terutamanya mengolah kebun yang membuahkan beras, buah-buahan, sayuran dan lada dan meningkatkan di bagian pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki 6 dermaga penting yaitu Sunda Kelapa [Jakarta], Pontang, Tamgara, Dermaga Banten, Cigede dan Cimanuk [Pamanukan].

Kehidupan Sosial Kerajaan Pajajaran

Kehidupan sosial warga di Kerajaan Pajajaran adalah beberapa seniman seperti penari, pemain gamelan dan badut dan kelompok petani dan perdagangan. Sesaat untuk kelompok warga yang tidak bagus ialah tukang rampas, copet, pencuri serta maling.

Kehidupan Budaya Kerajaan Pajajaran

Yang memengaruhi kehidupan dari bagian budaya Kerajaan Pajajaran ialah agama Hindu dan beberapa warisan seperti prasasti, tipe batik, Kitab Narasi Parahyangan dan Kitab Sangyang Siskanda. Baca Artikel berkaitan yang lain Candi Warisan Agama Hindu, Riwayat Situs Ratu Boko, Riwayat Kota Surabaya, Pahlawan Nasional Wanita.

Raja Raja Kerajaan Pajajaran

  • Sri Baduga Maharaja [1482-1521], bertahta di Pakuan
  • Surawisesa [1521-1535], bertahta di Pakuan
  • Ratu Dewata [1535-1543[, bertahta di Pakuan
  • Ratu Sakti [1543-1551], bertahta di Pakuan
  • Ratu Nilakendra [1551-1567], keluar dari Pakuan karena gempuran Maulana Hasanuddin
  • Raga Mula / Prabu Surya Kencana [1567-1579], bertahta di Pandegelang
  • Pucuk Kemasyhuran Kerajaan Pajajaran

Di waktu pemerintahan Sri Baduga Maharaja, Kerajaan Pajajaran capai waktu kemasyhurannya serta ini jadi fakta yang seringkali disebutkan warga Jawa Barat bila Sri Baduga atau Siliwangi adalah seorang raja yang belum pernah purna serta tetap hidup kekal di hati dan pemikiran beberapa warga Jawa Barat. Maharaja itu membuat satu karya besar yaitu talaga dengan ukuran besar namanya Maharena Wijaya dan membuat jalan untuk ke arah Ibukota Pakuan dan Wanagiri. Dia menguatkan pertahanan ibukota dan memberi Desa Perdikan untuk semua pendeta dan penganutnya hingga dapat menyemangati pekerjaan berlagakma serta dibuat penuntun kehidupan beberapa rakyat.

Si Maharaja selanjutnya membuat Kabinihajian atau kaputren, kesatriaan atau asrama prajurit, meningkatkan kemampuan angkatan perang, mengendalikan untuk pengambilan upeti dari beberapa raja dibawahnya dan membuat undang-undang kerajaan. Pembangunan dapat juga disaksikan dalam prasasti Kabantenan dan Batutulis yang menceritakan Juru Pantun dan penulis Babad yang dapat disaksikan sampai saat ini, sesaat beberapa lagi telah hilang. 

Ke-2 prasasti dan Narasi Pantun dan cerita Babad itu diketahui bila Sri Baduga telah memberikan pertintah untuk bikin daerah perdikan, membuat Talaga Maharena Wijaya, menguatkan ibukota, membuat pagelaran, membuat kabinihajian, membuat kesatriaan, membuat pamington, menguatkan angkatan perang dan mengendalikan upeti untuk beberapa raja yang ada di bawahnya. Baca Artikel berkaitan yang lain Riwayat Kerajaan Islam di Indonesia, Riwayat Minangkabau, Riwayat Islam di Indonesia, Riwayat Timor Timur.

Keruntuhan Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran pada akhirnya hancur pada tahun 1579 sebab gempuran Kerajaan Sunda lain yaitu Kesultanan Banten. Kerajaan Pajajaran usai dengan dibawa Palangka Sriman Sriwacana dari Pakuan Pajajaran ke arah Keraton Surosowan yang ada di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu sebesar 200 x 160 x 20 cm itu dibawa ke arah Banten karena adat politik membuat Pakuan Pajajaran tidak dapat melantik Raja yang baru serta jadi tanda-tanda bila Maulana Yusuf adalah penerus dari Kerajaan Sunda yang resmi karena buyut perempuannya ialah Putri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana ini dapat disaksikan di muka sisa Keraton Surosowan di wilayah Banten serta warga Banten mengatakan dengan Watu Gilang yang bermakna mengkilap serta mempunyai makna yang sama juga dengan Sriman.

Setelah berlangsung persekutuan dari Kesultanan Demak dan Cirebon, ajaran agama Islam mulai masuk Parahyangan serta memunculkan kegelisahan untuk Jaya Dewata dan dia batasi pedagang muslim yang masuk di Dermaga kerajaan Sunda agar impak Islam pada pribumi dapat diperkecil. Namun kenyataannya impak agama Islam semakin lebih kuat serta Pajajaran pada akhirnya putuskan untuk bergabung dengan Portugis supaya bisa menyeimbangi Kesultanan Demak dan Cirebon. 

Pajajaran lantas memberi peluang untuk perdagangan bebas di dermaga Kerajaan Pajajaran dengan imbalan berbentuk pertolongan militer bila Kesultanan Demak serta Cirebon menggempur Pajajaran. Kekuasaan dari Pajajaran pada akhirnya jatuh ke Kesultanan Banten pada tahun 1524 serta pasukan Demak yang masuk dengan Cirebon datang di Banten serta ajaran Islam yang dibawa beberapa pendatang juga mengundang perhatian dari warga sampai ke pedalaman Wahenten Girang.

Sunan Gunung Jati memberi panduan untuk anaknya yaitu Maulana Hasanuddin supaya membuat satu pusat pemerintahan di wilayah Wahanen Girang dan membuat kota di pesisir hingga pada akhirnya tercipta Kerajaan Banten. Tahun 1570, Maulana Yusuf naik tahta serta jadi raja Banten gantikan si ayah yaitu Maulana Hasanuddin. Dia melanjutkan ekspansi ke arah pedalaman Sunda dan pada akhirnya sukses menaklukkan Pakuan Pajajaran. Tahun 1527, dermaga Sunda Kelapa jatuh ke pasukan Islam yang membuat Pajajaran serta Portugis jadi terputus hingga Kerajaan Pajajaran makin menurun.

Sedang Prabu Ratu Dewata yang memerintah dari tahun 1535 s/d 1543 pun tidak jalankan pemerintahan secara baik serta lebih memprioritaskan jadi pendeta yang mengakibatkan rakyat jadi terlewatkan. Sedang penerusnya yaitu Ratu Sakti benar-benar suka bermain wanita serta Raja Mulya benar-benar suka menghamburkan harta sekalian mabuk yang membuat Kerajaan Pajajaran tidak dapat dipertahankan lagi. Maulanan Yusuf jadi penerus kekuasaan Sunda yang resmi karena diperkokoh dengan garis turunan yang dipunyainya yaitu cicit dari Sri Baduga Maharaja, Raja pertama dari Kerajaan Pajajaran. 

Setelah sukses ditaklukkan Banten, beberapa punggawa istana geser serta tinggal di Lebak serta hidup di pedalaman sekalian terus menggunakan langkah kehidupan mandala yang ketat serta barisan warga ini masih ada sampai saat ini yang diketahui dengan Suku Baduy. Baca Artikel berkaitan yang lain Riwayat Candi Kalasan, Riwayat Candi Cetho, Candi Warisan Budha, serta Pertarungan Medan Tempat.

No comments:

Post a Comment