Riwayat Cina Benteng

 Riwayat Cina Benteng

Sesudah briefing singkat di stasiun, kami segera jalan kaki ke tujuan pertama kali yakni Mushola Jami Al-Ittihad, di sini dahulunya posisi benteng untuk era ke-17. Pendatang dari Cina telah ada semenjak era ke-14 saat sebelum VOC tiba serta tinggal di seputar Pasar Lama seputar benteng ini. Awalannya Cina Benteng mengacu ke orang yang tinggal di seputar Benteng, tetapi saat ini Cina yang tinggal di Tangerang diketahui dengan Cina Benteng.

Melalui pasar tradisionil serta Museum Benteng Heritage (yang belum membuka) kami ke arah Kelenteng Boen Tek Bio. Adalah kelenteng paling tua di Tangerang, dibuat di tahun 1684. Lumayan ramai pagi itu sama orang sembahyang. Mereka sembahyang ke sejumlah Dewa-Dewi misalnya: Dewa Kesehatan, Dewi Laut, Dewa Langit, Dewa Bumi, serta yang lain.

Museum Benteng Heritage

Berada di Jalan Cilame No. 18&20, RT.001/RW.004, persisnya dalam teritori Pasar Lama. Museum ini baru membuka jam 10 pagi, jadi dari Kelenteng Boen Tek Bio kami kembali pada arah pasar tradisionil.

Satu bangunan lama dengan 3 sisi dengan 2 sisi yang telah diperbaiki serta 1 sisi masih jadi selaku rumah. Lantainya memakai ubin terakota yang cukup eye catching. Bangunan ini dahulunya punya keluarga Lao, selanjutnya 2 sisi dibeli serta jadi Permainan mesin slot Museum Benteng Heritage oleh Bapak Udaya Halim, sejarawan yang dahulu tinggal di seputar Pasar Lama (Cina Benteng).

Pengunjung cuman diperkenankan ambil photo serta video di lantai 1, jadi di lantai 2 kami dengarkan keterangan guide mengenai riwayat Museum serta Kecap Benteng. Photo lantai 2 museum dapat disaksikan di web. Yang memikat ialah relief dibagian atas museum dibuat dari keramik.

Seterusnya ke arah Mushola Kalipasir, bukti akulturasi budaya Cina dengan lokal. Satu diantara keunikannya terdapat untuk ujung atap mushola yang seperti mahkota memiliki warna emas. Di seputar Mushola ada banyak pusara yang telah hancur serta ditutup kain putih.

Toapekong Air serta Prasasti Tangga Jamban

Gak begitu lama ada di belakang Mushola, kami lanjut jalan ke arah Prasasti Tangga Jamban, tetapi prasasti telah dipindah ke Museum Benteng Heritage. Posisinya tepat di pinggir Sungai Cisadane di mana ada tangga yang kerap dipakai untuk membersihkan serta buang hajat (karena itu disebutkan jamban).

Di sini ada Toapekong Air serta adalah tempat diadakannya Festival Perahu Naga tiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Cina, tahun ini jatuh untuk tanggal 25 Juni 2020. Disamping itu ada perahu untuk ke arah Kelenteng Peh Cun, sewa perahu dengan harga Rp 10.000.

Sesudah mengelilingi Pasar Lama, seputar 12.30 kami sampai di Roemboer untuk makan siang. Ingin tahu apa sich Roemboer itu? Kependekan dari Roemah Boeroeng sebab dahulunya tempat sarang burung walet. Kesan-kesan pertama kali gue cocok masuk, unik! Bangunan ini dibeli oleh Bapak Udaya Halim selaku galeri (tempat retro) serta ada aula di lantai 2.

Pada akhirnya makan siang serta gue duduk rileks sesudah 3 jam jalan kaki keliling Pasar Lama. Menu makan siangnya lontong Cap Go Meh! Eh ada yang berbeda di penyuguhannya, awalannya gue anggap babi panggang, rupanya itu ayam panggang angkak, sekilas serupa. Nikmat! It's too early to eat Lontong Cap Go Meh. Semestinya dikonsumsi waktu perayaan Cap Go yakni 15 hari pada bulan pertama kali penanggalan Cina.

Sesudah makan, Kang Asep Kambali menerangkan mengenai Komune Historia Indonesia serta diteruskan Bapak Udaya Halim menceritakan mengenai riwayat Cina Benteng serta akulturasi budaya. Rupanya sangat banyak bahasa resapan dari bahasa Cina. Acara ditutup dengan photo bersama-sama seputar jam 2 siang.

Dodol serta Kue Keranjang Nyonya Lauw

Masih begitu siang buat pulang, jadi gue lanjut ke pabrik dodol serta kue keranjang Nyonya Lauw yang ucapnya sangat nikmat di Benteng. Tetapi rupanya telah begitu sore untuk saksikan langkah produksi di pabrik. Kekesalan terobati dengan rasa dodol lapis yang super nikmat! Gak begitu manis serta renyah, cocok sekali. Dodol dipasarkan per 200 g dimulai dari Rp 11.000 (Rp 55.000/kg). Kue keranjang dimulai dari Rp 45.000/kg. Yang populer ialah kue keranjang serta dodol lapisnya.

Sate ayam H. Ishak Pasar Lama

Masih jelas belum waktunya pulang haha.. Jadi kembali ke Pasar Lama persisnya di Jalan Kisamaun untuk kulineran. Rupanya begitu cepat, sate ayam yang ucapnya nikmat sekali belum membuka, jadi gue coba kue podeng. Berwarna kuning, dibuat dari tepung, kelapa muda, serta nangka yang dipanggang. Murah, cuman Rp 1.000/buah.

Cukup sorean, sate legendaris pada akhirnya membuka di sebrang Bank BCA, sate ayam H. Ishak. Gue ingin tahu mengapa antrean panjang sekali serta panggangan sampai ada 3. Ternyata…. Nikmat! Sate ayam daging tiada kulit harga Rp 21.000/10 tusuk. Ada sate kulit, ati ampela serta telur. Bumbu kacang tidak begitu kental serta kasar, tetapi renyah serta cocok. Pantes semakin sore semakin ramai.

Capek yaa rupanya sepanjang hari muter Pasar Lama… Oiyah waktu pagi melalui pasar tradisionil, banyak yang jual kue basah serta di sini satu diantara tempat yang jual kue doko, harga Rp 4.000/buah.

No comments:

Post a Comment